Note: tulisan ini terinspirasi setelah menonton sebuah tayangan metro tv di kaskus tentang seseorang yang mau mencalonkan diri menjadi presiden. Lalu jadi penasaran sama twitternya dan beneran orangnya nggemesin banget, pengen nendang jauh-jauh tuh orang dari Indonesia hihihihi
Just saying,
menurut gw aneh sih kalau ada orang yang naik kendaraan pribadi, lalu mengeluh macet. Kecuali macetnya karena faktor lain ya seperti ada kecelakaan, penutupan jalan, hujan, pedagang yang memenuhi bidang jalan, dll. Karena buat gw, salah satu hal yang membuat jalanan semakin macet adalah semakin banyaknya orang yang menggunakan kendaraan pribadi.
Walaupun pandangan gw juga masih banyak celahnya. Mungkin karena saat ini gw belum menggunakan kendaraan pribadi, gw jadi merasa bahwa kendaraan pribadi lah biang keladi kemacetan. Tapi ini sama ketika gw lagi berangkat naik mobil dianter bokap, lalu ada motor suka nyelip-nyelip seenaknya, eh pas gw naik ojek, gw malah kagum sama kemampuan abang ojek yang bisa nyelip karena mempersingkat waktu perjalanan menembus kemacetan. Atau ketika gw kesel karena angkot yang suka ngetem memenuhi jalan, tapi ketika gw lagi naik angkot, gw ngerti sih maksud abangnya ngetem walaupun jadi kesel juga karena memperpanjang waktu perjalanan.
Bisa jadi sih pemikiran gw yang sekarang akan berubah jika saatnya nanti gw mengendarai kendaraan pribadi sendiri.
Lalu, menurut hukum permintaan dalam ekonomi, ketika harga mengalami peningkatan, permintaan akan suatu barang akan mengalami penurunan, ceteris paribus. Sayang bbm nggak termasuk di dalam hukum itu sepenuhnya karena dia adalah barang inelastis. Pada barang inelastis, kenaikan harga hanya akan menyebabkan sedikit penurunan permintaan. Lah wong mobil semuanya masih pakai bbm. Kecuali kalau sudah ada energi dari sumber lainnya yang bisa digunakan, maka pasti konsumen bbm akan beralih. Sekarang kan seperti tidak ada pilihan, mau nggak mau ya tetap akan konsumsi. Jadi fix lah naiknya harga bbm hanya berpengaruh sedikit dalam mengurangi kemacetan. Kecuali semua orang bersedia jalan kaki dan naik sepeda biar kemacetan dan konsumsi bbm berkurang.
Itulah kenapa walaupun harga bbm udah naik, ternyata beban pemerintah masih saja besar. Didukung juga pelemahan rupiah, harga berbagai barang impor kian mahal, hutang luar negeri yang semakin membesar karena nominalnya menggunakan mata uang dollar. Sukses lah "agak" menggoncang perekonomian dalam negeri.
Aih, jadi panjang ya. Nulis ini juga belum pakai data beneran, haha. Jadi intinya adalah untuk mengurai kemacetan, kita nggak bisa melihat dari satu faktor aja (kendaraan pribadi), tapi harus berkesinambungan dengan faktor lainnya. Juga harus dijaga tuh kalau langkah menyelesaikan kemacetannya sudah berhasil. Kalau sampai pada kondisi nggak macet, hal itu bisa membuat para pengguna mobil pribadi berpikiran untuk kembali menggunakan mobil pribadi, karena merasa kemacetan sudah teratasi dan baginya penambahan satu mobil dirinya sendiri nggak akan membuat macet. Trus kalau semua orang mengikuti pemikiran itu gimana? Ya macetnya balik lagi lah.
Sama juga dengan pemikiran orang yang buang sampah. Sampah kecil macam bungkus permen, sobekan kertas, rasanya nggak akan menyebabkan bencana apapun ya. Pada nggak sadar aja kalau kebiasaan itu bisa semakin parah jika dibiarkan, yang kemudian akibatnya bisa terjadi banjir, lingkungan tidak sehat, dan berbagai macam polusi. Malah gw pengen lho ngerasain gimana ya kalau semua petugas kebersihan di Indonesia cuti sebulan aja deh nggak kerja membersihkan sampah. Penasaran pengen tau gimana perasaan orang-orang yang suka buang sampah sembarangan, apa jadi sadar dan tergerak untuk memperbaiki kebiasaan jelek itu, atau malah nantinya marah-marah sama pemerintah doang? :P
Makanya mungkin kalau mendengar nasihatnya Aa Gym itu sebenernya oke banget untuk diaplikasikan ke dalam situasi yang ada untuk mengubah Indonesia semakin baik.
Mulai dari yang kecil.
Mulai dari diri sendiri.
Mulai dari sekarang.
Semangat ! Bersama kita bisa memperbaiki diri, lingkungan, dan Indonesia ! :D
= to be continued =