Sunday, October 25, 2015

Sedikit Kutipan Buku Rumah Tangga karya Fahd Pahdepie


Seperti yang sudah saya janjikan di postingan ini (link), saya akan menuliskan kutipan yang menurut saya menarik dari buku Rumah Tangga. Buku ini ditulis oleh Fahd Pahdepie dan diterbitkan oleh Panda Media. Buku ini menceritakan tentang kehidupan rumah tangga sang penulisnya, Fahd Pahdepie, dengan istrinya, Rizqa, selama 5 tahun usia pernikahan mereka.

 Untuk memasarkan buku ini, Mas Fahd Djibran memakai beberapa metode, di antaranya:

- Membuat polling untuk menentukan cover buku Rumah Tangga


- Membuat status berkala bertema rumah tangga


- Lomba foto "Menemukan Rumah Tangga di Toko Buku"


- Lomba menulis surat cinta tentang rumah tangga


- Membuka preorder dengan harga khusus dan hadiah postcard


- Melakukan talkshow ke beberapa toko buku Gramedia

Superbulet saya bersama Mas Fahd Pahdepie dan Kalky :D

Kutipan yang saya sertakan adalah bagian awal dari buku ini, bagian awal dari perjalanan hubungan sang penulis. Kutipannya merupakan potongan dari surat yang berisi lamaran pernikahan dari Fahd kepada Rizqa, dan jawaban Rizqa kepada Fahd. Btw, jika ada yang ingin membaca lanjutannya secara lengkap, beli bukunya yaa, hehe. Harga buku setebal 286 halaman ini adalah sebesar Rp58.000 di Gramedia. Kalau belinya di toko buku online biasanya ada diskon tambahan.

The Proposal

Rizqa,
Jika kukatakan aku selalu mencintaimu, sesungguhnya aku berbohong: kadang-kadang aku membencimu! Namun, apa bedanya? Benciku selalu membuatku semakin mencintaimu. Bagiku, mencintai atau membencimu hanya semacam cara agar kamu selalu ada dalam diriku. dengan mencintaimu, kamu selalu ada di hatiku. Dengan membencimu, kamu selalu ada dalam pikiranku.

Fahd

Fahd,
Sejak awal aku tahu hanya kamu yang bisa menghancurkan perasaanku. Tetapi, aku selalu seolah rela membiarkanmu melakukannya -- berulang kali. Sementara, aku selalu bersedia menjadi pelupa, memaafkan semua kesalahan-kesalahanmu, meski aku tahu, kamu akan melakukannya lagi. Dan, lagi.

Aku membuka semua pintu dan jendela rahasia dalam diriku agar kamu bisa memasuki dan mengetahui semua tentang kehidupanku. Kekuatan dan kelemahan-kelemahanku, keberanian dan ketakutan-ketakutanku, kebahagiaan dan kesedihan-kesedihanku. Ya, hanya aku dan kamu yang tahu. Kita berdua. (Tuhan tak perlu dihitung. Dia selalu tahu segalanya, kan?) Maka, dengan semua pengetahuanmu tentang diriku, kamulah satu-satunya orang yang tahu bagaimana caranya untuk benar-benar membahagiakanku -- atau benar-benar menghancurkanku.

Bagiku, Fahd, barangkali ini yang disebut "cinta sejati". Aku membencimu setengah mati, sekaligus tak bisa membohongi diriku sendiri bahwa tak ada yang lebih kucintai selain kamu. Mencintaimu seolah-olah siklus sempurna ketika aku menampar seluruh bagian wajahmu, tetapi setelah itu aku akan mengobati dan membelainya lagi dengan rasa bersalah sekaligus khawatir.

Mencintaimu adalah membuatmu merasa bersalah terhadapku, tetapi akhirnya aku akan mengatakan, "Tidak apa-apa, aku yang salah, kok." Mencintaimu adalah bertingkah apa saja yang bisa membuatmu mengkhawatirkanku, tetapi saat kamu mendekatiku, membelai rambutku, lalu bertanya, "Kamu nggak kenapa-kenapa?" Maka, aku akan menggelengkan kepala sambil menjawab, "Nggak kenapa-kenapa. Aku baik-baik saja." Lalu, menyandarkan kepalaku di bahumu.

Begitulah, Fahd, di saat-saat terburuk sekalipun, saat aku paling membencimu: meski kadang-kadang aku ingin mengajakmu ke tempat paling tinggi agar bisa menjatuhkanmu dari sana, sebenarnya aku akan bergegas ke bawah untuk menangkap, lalu mendekapmu. Sebab jauh di kedalaman diriku, tak ada yang lebih membuatku takut selain mendapatimu terluka, atau bersedih, atau kecewa -- apalagi jika aku yang melakukannya.

Jika ada yang salah dengan hubungan kita, seperti biasanya masing-masing akan bereaksi dengan cara bertahannya sendiri-sendiri. Aku egois. Kamu lebih egois. Aku akan marah kepadamu, lalu kamu lebih marah lagi. Namun, di akhir cerita, kita akan saling menyapa dengan malu-malu, meminta maaf atas kebodohan masing-masing, lalu belajar lagi untuk saling mencintai dan lebih mengerti. Itulah cinta kita: sederhana, apa adanya, tetapi tak ada yang bisa mengalahkannya.

Fahd, barangkali sebab kamulah satu-satunya orang yang paling membuatku takut kehilangan, aku mencintaimu sebesar kesedihanku jika suatu hari kamu meninggalkanku -- melukai perasaanku. Demikianlah, aku menerimamu sebab aku pun tak punya pilihan lainnya. Sejak kamu mencuri hatiku, sekaligus mengunci langkahku untuk tak bisa pergi ke jebakan cinta siapa-siapa lagi.

Rizqa

1 comment:

Sinopsis Indonesia said...

Keren nih novel udah baca tapi blom tamat hehe