Wednesday, April 30, 2014

Kampanye Negatif vs Kampanye Hitam

Datang ke dua acara seminar yang bertemakan partai politik di dalam media. 



Satu hal dari banyak yang gw dapatkan dari kedua seminar ini adalah fakta bahwa kampanye negatif merupakan hal yang lumrah. Kampanye negatif (negative campaign) berbeda dengan kampanye hitam (black campaign). Kampanye negatif menyampaikan fakta tentang para kandidat dan partai, tetapi tentu saja fakta tersebut merupakan fakta negatif dan bisa menyebabkan masyarakat urung memilih mereka. Sedangkan kampanye hitam adalah kampanye yang menyampaikan berita yang tidak benar tentang para kandidat dan partai. Kampanye hitam tidak selalu berisi berita buruk, berita baik yang hanya dikarang pun termasuk ke dalam kampanye hitam.

Sebelumnya gw merasa ketika masa-masa pemilu dimulai, pemilih seharusnya menerima informasi berupa visi, misi, dan program kerja yang dimiliki kandidat dan partai. Mungkin gw yang kurang mencari informasi tersebut, tapi yang tersebar di media sosial adalah berita buruk tentang para kandidat dan partai. Gw tidak mengecek secara jelas apakah berita itu merupakan kampanye negatif atau kampanye hitam. Tetapi gw selalu merasa sedih, benci, dan urung membaca ketika berita buruk tersebut muncul.

Di kedua seminar itu, gw mendapat masukan bahwa ketika masa-masa pemilu dimulai, para pemilih berhak untuk mengetahui informasi tentang kandidat dan partai, tidak hanya informasi positif, tetapi juga yang negatif. Hal ini dimaksudkan agar pemilih bisa terhindar dari kandidat dan partai yang akan melakukan hal-hal negatif seperti catatannya di masa lalu. Dengan kampanye negatif, pemilih tidak terbuai hanya dengan janji-janji manis para kandidat dan partai, pemilih juga diharapkan dapat memilih wakil rakyat yang baik dengan mengetahui bagaimana rekam jejak mereka.

Mungkin ini merupakan satu dari kelebihan demokrasi, yaitu keterbukaan informasi. Seperti banyak yang gw baca dan dengar, pada zaman pemerintahan Soeharto alias orde baru, informasi yang tersebar dikontrol dengan sangat ketat untuk menjaga citra pemerintahan. Bobrok pemerintahan baru terbongkar dan diketahui banyak orang saat keruntuhan orde baru. Itu menjadi salah satu alasan banyak mungkin orang tua kita yang merindukan zaman orde baru karena citra pemerintahan saat ini terlihat tidak sebaik masa lalu. 

Tetapi jika dilihat hanya dari segi keterbukaan informasi, maka era demokrasi ini menjadi salah satu kemajuan yang harus dihargai. Untuk generasi yang tidak merasakan era orde baru, keterbukaan ini menjadi sesuatu yang take it for granted dan terkadang tidak dihargai hingga dirasa sering dilakukan kelewat jauh. Walaupun begitu, semoga keterbukaan ini bisa membawa kedewasaan bagi kita semua agar bisa menggunakannya dengan bijaksana.

Selain itu, semoga gw bisa terbiasa mendengar kampanye negatif dengan lapang dada, bukan menghindar seperti biasanya. Dan lebih berinisiatif untuk menyaring berita yang dibaca dan didengar karena berita baik juga bisa menjadi kampanye hitam.

= to be continued =

No comments: