Sebagai seorang komuter yang biasa menggunakan kereta ketika pulang di akhir minggu, tentu saja gw akan memilih stasiun yang paling dekat dengan rumah agar memudahkan perjalanan. Rumah gw sebenarnya bisa dijangkau oleh 4 stasiun, tapi yang terdekat sampai saat ini ada 2, yaitu Cikini dan Manggarai.
Awalnya gw memilih Cikini karena menurut gw stasiunnya lebih bersih, aman, dan melewati jalan besar sehingga cukup banyak pilihan kendaraan. Manggarai menurut gw lebih rawan karena banyak rel (dulu petugasnya belum banyak jadi takut nyeberang dan takut salah peron nunggu), dan pernah juga kecopetan di sana. Lama-kelamaan, jalan dari Cikini menuju rumah jadi macet parah banget.
Jalan dari Cikini yang gw lewati adalah satu arah melalui bioskop Metropole (dulu Megaria), lalu RS Cipto, ke arah Salemba, lalu belok kanan di perempatan Fuji. Ternyata lebarnya jalan (yang ada 5-6 jalur) tetap nggak bisa mengimbangi tinggi volume kendaraan. Adanya jalan tikus di dekat RS Cipto malah nggak membantu karena tersendat lalu lintas ramai di depan Masjid Matraman. Bagi yang memilih lewat jalan tikus itu, tinggal menunggu belas kasih pak ogah yang mengatur jalan.
Kalau memilih naik ojek memang akan lebih cepat. Namun para pengojek sangat kreatif menemukan jalan menembus kemacetan, yaitu melewati arah belakang tugu proklamasi, lalu berjalan melawan arah ke arah toko Immanuel. Memang cepat sih, tapi risikonya tinggi, melanggar pula. Jadi gw memutuskan untuk berhenti menggunakan jasa ojek dari Stasiun Cikini karena nggak mau mendukung gerakan melanggar lalu lintas tersebut.
Akhirnya gw memilih Manggarai. Memang kalau dilihat dari jarak, sebenarnya arah dari Manggarai ini lebih cepat dari Cikini. Jumlah petugas keamanan di Stasiun Manggarai pun sudah bertambah, sehingga kekhawatiran akan kriminalitas alhamdulillah bisa berkurang. Sudah satu tahun terakhir gw lebih sering turun di Stasiun Manggarai, hingga pada hari Jumat 26 April 2013 lalu, gw jadi berpikir ulang tentang keputusan ini.
Apa masalahnya ?
Ternyata sedang dilakukan pembangunan pekerjaan penambahan pintu air, sehingga jalan yang tadinya tersedia dua jalur dari Terminal Manggarai menuju Jalan Tambak, ditutup satu dan kini hanya tersisa satu. Pembangunan pintu air itu dengar-dengar akan berjalan dari 23 April 2013 s.d. Juni 2014. Baca dari harian Pelita (link), di sana tertulis kalau sosialisasi tentang penutupan jalan ini sangat lemah, sehingga hanya sedikit pengendara yang mengetahui penutupan jalan ini, yang kemudian tetap saja memilih untuk melalui jalan tersebut.
Padahal tadinya jalan tersebut dibagi dua untuk memisahkan jalan yang diperuntukkan kendaraan kecil dan sedang (mobil, bajaj, bemo, motor, mikrolet), dan satu lagi untuk kendaraan besar (transjakarta, metromini, kopaja, truk, bus kota). Karena ditutup, sekarang semua kendaraan jadi harus berjejal di jalur yang hanya muat untuk dilewati selebar satu kendaraan saja.
jalan untuk kendaraan kecil ditutup
sumber : merdeka.com (link)
Para pengendara memang hendaknya lebih sabar ketika melewati jalur ini. Sikap tidak sabaran dan saling menyerobot (yang sampai tulisan ini dibuat masih banyak dilakukan oleh pengendara yang melalui jalan tersebut) malah akan menambah keruwetan yang menghasilkan waktu tempuh yang lebih lama. Langkah ini diakui Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahok, pada detik.com (link) sangat penting untuk mengurangi masalah banjir yang selalu berulang tiap tahunnya karena menumpuk di pintu air Manggarai.
Nah, sekarang pilihannya tinggal mau ikutan stres berjuang menghadapi kemacetan di terowongan manggarai, atau berusaha melewati jalan lain demi menghindarinya ? (yang sebenernya ga beda jauh juga karena di mana-mana emang udah maceeeet >.<).
= to be continued =