Film yang ditonton di bulan Mei :
Iron Man 3
Ditonton hari Sabtu, 4 Mei 2013, di Kokas XXI, bersama mas buncit.
Kita dapet nonton jam 12.45, ambil yang 3D. Nyampe XXI nya jam 11.30, dan walaupun XXI nya pintunya belum dibuka, orang yang berkerumun di depannya udah banyak, ada kali sekitar 30an orang. Pengaruh Iron Man 3 memang luar biasa ya :D
nonton 3D yeayy !
*jilbab gw berantakan huhu*
Selesai nonton, kita sempet makan siang di restoran namanya Sunny Side Up. Restonya unik deh, jadi menu mereka adalah variasi serba telur. Telurnya juga khusus berasal dari telur ayam kampung Arab. Entah ayamnya diimpor dari Arab terus disuruh bertelur di Indo, atau mereka langsung impor telurnya. Harganya antara 20-60ribu (agak lupa), dan porsinya lumayan besar. Enakan mesen menu buat rame-rame karena dijamin bakal kenyang banget kalo makan sendirian ^^
Opini tentang filmnya ? SEDIIIIIIIHHHHHH !
Terutama karena katanya ini film sekuel Iron Man terakhir. Padahal gw masih pengen liat aksinya Om Tony, huhuhuu. Scene paling sedih adalah pas Tony menghancurkan baju-baju Iron Man yang kira-kira ada 10 gitu demi permintaan Ms. Pepper Potts, yang menginginkan hidup mereka berdua tenang bahagia tanpa harus ada pertarungan dengan siapa pun. Dihancurkannya juga dengan cara diledakkan seakan baju-baju itu hanya kembang api biasa.
Om Tony yang ganteng
I'll miss you Om Tony :'((
----------
Europe On Screen 2013
Yesss ! Akhirnya gw sempet nonton EoS tahun iniiii xD
Film yang ditonton ada dua, yaitu :
The Good Life
source : beatmag.com (link)
Ditonton Sabtu, 11 Mei 2013, bertempat di Istituto Italiano di Cultura. Filmnya dimulai 14.30, dan berdurasi kira-kira 1 jam.
Filmnya merupakan film dokumenter. Bercerita tentang seorang ibu yang berumur sekitar 70an tahun, dan anak perempuannya yang berumur sekitar 50an tahun yang hidup bersama di sebuah flat. Mereka hidup dalam kemiskinan. Walaupun saat gw menonton, gw sangat menyadari betapa berbedanya standar miskin di Eropa dan Indonesia. Di film itu mereka masih punya rumah, sofa, baju, kulkas, kompor, tv, telpon rumah, masih punya uang untuk makan, beli baju, beli bensin untuk mengendarai mobil, jauh banget deh sama standar miskin di Indonesia.
Konfliknya adalah walaupun mereka hidup dalam kemiskinan, si anak cewek ini nggak mau kerja. Jadilah mereka berdua hanya mengandalkan pensiunan ibunya yang jumlahnya tidak seberapa. Si anak ini nggak mau kerja karena di waktu kecil, keluarganya merupakan keluarga kaya, dan si anak ini dijanjikan akan hidup senang seperti itu karena dia akan mendapatkan warisan keluarga. Sayang rencana itu tidak berjalan mulus karena ada krisis ekonomi, dan ada hutang yang harus dilunasi hingga menghabiskan harta kekayaan mereka. Sepanjang film, si anak ini selalu menyalahkan ibunya karena tidak mempersiapkan dia untuk mandiri, bekerja, dsb. Si ibu juga mungkin karena sudah tua, sulit untuk menasihati anaknya, dan cuma bisa berharap anaknya menemukan jalan untuk bisa mandiri.
Pushwagner
source : kaskus.co.id (link)
Ditonton Minggu, 12 Mei 2013, bertempat di Institute Francais Indonesia. Filmnya dimulai 14.30, berdurasi sekitar 1 jam 15 menit.
Filmnya merupakan film dokumenter, yang bercerita tentang seorang seniman gambar yang berjuang mendapatkan kembali karya-karyanya, yang telah berpindah kepemilikan kepada mantan asistennya karena si seniman ini nggak sadar sudah menandatangani perjanjian pemindahtanganan tersebut.
Filmnya menunjukkan karya-karya dia yang lebih kepada kritik sosial, lalu sedikit kehidupan pribadinya. Dia diceraikan oleh istrinya, lalu diusir dari rumah, terpaksa tidur di jalanan walaupun sedang musim panas dan dingin, dan lebih memilih mengkonsumsi minuman keras dan narkotik karena menurutnya hal itu dapat membantunya melepaskan diri dari kesulitan hidup. Nggak heran sempat ada cerita dia masuk rumah sakit karena kekurangan nutrisi.
= to be continued =