Saturday, September 17, 2016

Tentang Makan, Makanan, dan Diet

Berat badan sudah turun di angka 13 kg. 

Hampir semua orang yang rutin ada di sekitar saya menyadari ini. Hampir semua orang terlihat kaget, bahagia, dan bertanya tips dan trik bagaimana saya bisa mencapainya.

Jawaban saya selalu sama. Mengurangi makan karbo, olahraga, motivasi yang kuat dan konsisten, juga perasaan bahagia.

Walau di dalam hati, saya tau, motivasi paling kuat yang saya miliki adalah karena saya patah hati.


----------

Beberapa waktu yang lalu, event 7 satu per tiga benar-benar menghantam saya.

Salah satu kegiatan favorit saya, yaitu makan, menjadi salah satu yang terkena dampaknya.

Tadinya saya kira, saya akan kalap makan untuk melupakan segala apa yang ada. Ternyata malah sebaliknya, saya nggak minat makan sama sekali. Untungnya sampai sekarang, secara fisik saya masih sehat.

Mungkin karena saya merasa aktivitas makan adalah aktivitas menyenangkan untuk dilakukan bersama orang yang kita sayang. Memilih restoran baik yang sering kita kunjungi atau yang baru buka. Memilih menu yang berbeda agar bisa saling berbagi rasa. Berbincang santai bertukar cerita. Tertawa. Bahagia.

Sekarang untuk melakukan itu semua malah jadi menyakitkan. Melihat restoran dan makanan lezat hanya mengingatkan pada memori-memori indah masa lalu. Duduk sendiri menatap kursi kosong serasa menyiksa diri sendiri.

Mati rasa. Semua indra terasa mati rasa. Tidak lapar. Tidak lelah. Tidak mengantuk. Menyeramkan. Itulah saat-saat saya menyadari bahwa indra perasa itu menjadi penyelamat agar kita tetap hidup. Tapi saat sudah tidak merasa, sepertinya hidup sudah tidak terasa penting lagi untuk dipertahankan.

----------

Tapi saya tahu saya harus tetap hidup. Saya tahu saya tidak berhak menyakiti diri sendiri hanya karena orang lain telah menyakiti saya. Saya tahu saya tetap berhak bahagia.

Saya biarkan saya yang tidak mau makan menjadi diet. Saya biarkan saya yang tidak lelah menjadi olahraga. Saya biarkan saya yang tidak mengantuk menjadi begadang.

Hingga kini berangsur-angsur saya belajar. Hingga kini berangsur-angsur saya merasa lapar (rekor saya pernah hanya makan 1 pisang dalam 1 hari, lalu pernah juga "puasa" selama 16 jam hanya buka dengan air putih). Hingga kini berangsur-angsur saya lelah (olahraga jalan kaki saya rekor 17 km dan 21.112 langkah). Hingga kini berangsur-angsur saya mengantuk (rekor begadang hingga jam 04.30 pagi hihi).

----------

Bentuk tubuh yang berubah sempat membuat saya khawatir. Melihat foto diri seakan terlihat malnutrisi. Kurus dan tirus, sangat tidak saya sekali, haha. Walau tentu saya tahu saya tidak malnutrisi. Kan tetap makan dengan fokus sayur dan buah. Saya tahu saya malah berkembang melalui jalan ini.

Pelan-pelan malah jadi timbul rasa percaya diri. Kalau saya bisa kok melakukan apapun yang saya inginkan asal saya memiliki niat dan konsisten. Kalau saya mau jujur kepada diri sendiri, jujur bahwa saya memang merasakan patah hati, jujur dan berani menghadapi apa yang saya lalui, pasti saya akan menemukan jalan keluarnya.

Turun berat badan ini bukan hanya agar saya langsing dan kurus, tapi juga untuk menyehatkan raga dan menguatkan jiwa.

Proses penurunan berat badan ini sudah memasuki bulan kelima. Perjalanan yang lamban, tapi bukan berarti gagal. Hanya perlu waktu, konsistensi, dan keberanian yang lebih untuk bisa menjalaninya.

Tetap semangat ya al :)
Tetap semangat pejuang penurunan berat badan di luar sana.

Ingat, resep utama untuk menurunkan berat badan sebenarnya adalah motivasi yang kuat dan rasa bahagia.

Dulu, saya bahagia ketika bisa makan. Tapi sekarang, makan malah jadi menyakitkan untuk saya. Itulah yang sebenarnya menjadi motivasi paling kuat saya untuk menurunkan berat badan. Karena kini saya bahagia bisa mengurangi aktivitas makan :)

Semoga kita semua bisa kembali menemukan rasa bahagia terdalam yang kita butuhkan :)

1 comment:

Addina Ayuningtyas said...

Sabar ya Al... Bismillaah semua in syaa Allah ada hikmahnya.. kalau ketemuan kita cerita-cerita ya Al... :)