Beberapa hari yang lalu sempat sangat bersedih mendengar sebuah percakapan. Percakapan tersebut terjadi di sebuah toilet. Seperti yang kita tau, toilet buat cewe nggak cuma berfungsi sebagai toilet semata, tapi juga studio foto yang oke (fyi, lampu di toilet tuh emang pencahayaannya bagus haha), tempat dandan, dan tempat ngerumpi.
Toilet itu berada di dekanat fakultas gw dan saat itu percakapan terjadi antara dua orang yang baru saja selesai uts di auditorium. Gw ada di dalam bilik ketika mereka sedang ngerumpi. Isi rumpiannya :
A : "Eh si C tuh punya temen nggak sih ? Kok jalan dan mainnya sama kita terus ?" *nada nyebelin*
B : "Punya kok, kan dia pernah cerita temen sama ini itu ini..." *nyebut nama*
A : "Apaan, jalanya sama kita terus gitu kok ga pernah sama si ini itu ini.." *nada makin nyebelin*
Trus gw keluar dari bilik, lalu keluar toilet.
Seketika yang gw pikirkan adalah,
"Bego, temen-temennya si C ya kalian lah, makanya dia jalan sama kalian terus !"
Lalu muncul lagi,
"Kalau kalian nggak mau temenan dan jalan bareng C, bilang aja. Nanti dia juga akan pergi sendiri kok kalau tau kalian nggak nerima dia !"
Kemudian gw banjir air mata, sambil makan bekal nasi + ayam balado + mie goreng di kosan. Sempat ditelpon dan disms sama mas buncit memastikan keadaan gw baik-baik saja.
Intinya memang gw baik-baik saja. Tetapi ingatan akan diusir pergi dari kehidupan seseorang ternyata sesedih itu buat gw. Padahal ini urusan dengan yang masih hidup, yang sebenarnya masih bisa dikontak, ditemui, dan di-stalker :P
Gimana nanti dipaksa untuk keluar dari kehidupan orang lain karena orang tersebut meninggal ya.. ? *pertanyaan retoris*
----------
Setelah banjir air mata, beberapa hari kemudian, gw berkesempatan untuk menjaga to (tryout) BTA di sebuah sekolah di bilangan Jakarta Timur. Gw baru sadar ternyata terakhir gw jaga to di sini adalah hampir 8 bulan yang lalu. Kejadian itupun gw abadikan di sebuah post berjudul "Rabu Komedi" (
link). Tadinya nggak terpikir apa-apa sampai tiba kembali di sekolah tersebut dan teringat kenangan dari postingan itu.
Terus gw mencoba menghilangkan asumsi apapun karena toh anak-anak yang akan gw temui merupakan angkatan selanjutnya alias adek kelas dari yang gw jaga 8 bulan lalu. Masuk kelas pun cukup bersemangat dan deg-degan menemui mereka.
Dan ternyataaaa, anaknya kelakuannya sama aja -_____-
Hal-hal yang gw temukan pada 8 bulan lalu terjadi hampir persis. Dan ya, mau nggak mau gw kembali jadi karakter galak dan sedikit menceramahi. Udah gitu aja anaknya masih ngeselin mengeluarkan suara-suara seakan apa yang gw omongin super nggak penting humphhh
Gw masih mencermati hal yang sama, perilaku MENCONTEK. Kayaknya hal ini jadi sulit banget untuk dihindari ya. Penasaran apakah di sekolahnya sama sekali nggak ditanamkan perilaku jujur ? Padahal kalo gw keliling sekolahnya, gede banget lho papan bertuliskan nilai-nilai budi pekerti luhur seperti "Jujur", "Pekerja Keras", "Fokus", bahkan di madingnya juga ada foto waktu mereka ikutan acara Latihan Kepemimpinan bersama Kopassus.
Gw merasa bersyukur berada di kampus dan fakultas tempat gw sekarang yang sangat menjunjung tinggi perilaku jujur. Di FEUI, iklim kompetisinya terasa banget memang. Dan kita semua berusaha berkompetisi secara jujur. Masih suka kagum sama peraturan dilarang mencontek di FE yang hukumannya adalah semua mata kuliah akan diberi nilai F. Juga insentif cukup besar yang diberikan pada pengawas jika bisa menemukan anak yang mencontek. Jadi mahasiswa yang ujian takut nilainya nggak lulus cuma gara-gara mencontek, para pengawas pun semuanya bersemangat mendukung peraturan tersebut karena hadiahnya denger-denger mencapai Rp 500.000 (tapi ini masih butuh info akurat sih hehe).
Miris aja kalau kita semua marah-marah liat pejabat pada korupsi, tapi diri sendiri juga masih melakukan korupsi walau dirasa kecil macam mencontek. Ayo mulai gerakan antimencontek mulai sekarang ! Ikhlaskan untuk bisa menerima diri apa adanya. Kalau nilai jelek, itu artinya pengingat bagi kita agar bisa belajar semakin giat.
Semangat !
= to be continued =